Apa Agama Bunda Maria Sebelum Yesus Lahir

Sebuah Pertanyaan Terilhami

Pertanyaan pertamanya kepada Gabriel, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi karena aku belum bersuami?” (Lukas 1:34). Dalam keadaan seperti itu, pertanyaannya adalah masuk akal. Itu mengingatkan para pembaca tentang pertanyaan Zakharia, “Bagaimanakah aku tahu bahwa hal ini akan terjadi? [yaitu, bahwa Elisabet akan mengandung seorang putra]” (ayat 18). Tetapi ketika pertanyaannya mengungkapkan keraguan tentang jawaban Gabriel terhadap doa yang Zakharia sendiri ucapkan kepada Allah, pertanyaan Maria mencari klarifikasi tentang kehendak Allah yang dinyatakan baginya. Pertanyaan tidak dapat terelakkan ketika undangan Allah menantang para murid untuk menaikkan standar dan keluar dari zona nyaman mereka, dan pertanyaan yang terilhami menuntun pada wahyu.

Jawaban Gabriel terhadap pertanyaan Maria datang dalam tiga bagian:

Pertama, dia memberi tahu Maria, “Roh Kudus akan turun ke atasmu” (ayat 35). Roh Kudus adalah kuasa yang melaluinya para murid di setiap zaman ditingkatkan dalam pemanggilan mereka. “Ingatlah bahwa pekerjaan ini bukanlah pekerjaan Anda dan saya saja,” Presiden Thomas S. Monson mengajarkan (1927–2018). “Ini adalah pekerjaan Tuhan, dan ketika kita berada dalam tugas suruhan Tuhan, kita berhak atas bantuan Tuhan. Ingatlah bahwa siapa yang Tuhan panggil, Tuhan jadikan mampu.”7 Kemudian Gabriel memberi Maria informasi spesifik tentang keadaannya: “Kuasa Yang Mahatinggi akan menaungi engkau:8 sebab anak yang akan engkau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” [ayat 35).

Kedua, Gabriel memberi tahu Maria tentang Elisabet, seseorang yang mengalami kehamilan serupa, meski tidak identik, dan menakjubkan (lihat ayat 36). Kehamilan Elisabet merupakan sebuah tanda bagi Maria bahwa dia tidak sendirian, bahwa ada setidaknya satu orang lain yang memiliki rasa yang sama seperti yang dialaminya.

Ketiga, Gabriel dengan tegas menyatakan, “Bagi Allah tidak ada yang mustahil” (ayat 37). Allah melakukan yang mustahil ketika Elisabet mengandung.9 Pernyataan Gabriel adalah sebuah pengingat bagi para murid di setiap zaman bahwa ketika kita menanggapi undangan Allah, mukjizat dapat terjadi.

Tanggapan verbal kedua Maria dalam kisah itu melambangkan, menurut saya, komitmen dan pandangan seorang murid: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Lukas 1:38). “Hamba” menunjukkan bahwa Maria telah memilih untuk menerima panggilan yang Allah sampaikan kepadanya. Pernyataan ini adalah versi Maria tentang apa yang Putranya akan katakan di Getsemani, “bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lukas 22:42). Meskipun tampak jelas bahwa pada titik ini dalam perjalanannya, dia tidak mungkin memahami semua yang akan dibutuhkan darinya—Simeon kemudian bernubuat kepadanya bahwa “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Lukas 2:35)—meskipun demikian, Maria memilih untuk bergerak maju dengan iman.

“Lalu malaikat itu meninggalkan dia” (Lukas 1:38). Ketika Gabriel pergi, Maria ditinggalkan sendirian. Sementara adalah satu hal bagi seorang murid untuk membuat pernyataan seperti yang dia buat di hadapan utusan ilahi, apa yang dia lakukan sekarang setelah malaikat itu pergi? Bagaimana dia menjelaskan pengalaman ini kepada orangtuanya? Kepada Yusuf? Apa harga pribadi baginya seandainya mereka atau penduduk Nazaret tidak memercayainya? Keadaan hidupnya yang tidak nyaman di Nazaret kini dapat menjadi sulit baginya.

Pertemuan Maria dan Elisabet, oleh Carl Heinrich Bloch

Karena itu dia mengingat bagian kedua dari jawaban Gabriel terhadap pertanyaannya dan perjalanan ke rumah Elisabet. Sekali lagi, dua kisah pembuka Lukas terjalin bersama. Segera setelah Maria menyapa Elisabet, “melonjaklah anak yang di dalam rahimnya; dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus: lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan, dan diberkatilah buah rahimmu” (Lukas 1:41–42). Sapaannya yang diarahkan Roh memperkuat apa yang Gabriel telah katakan tentang tempat mulia Maria di antara perempuan. Kini Maria memiliki saksi kedua akan pemanggilannya, namun itu datang hanya setelah dia dengan rela menerima pemanggilannya.

Kisah tentang Maria dan Elisabet adalah sebuah pengingat akan dua aspek besar dalam kehidupan para murid modern. Itu adalah pengingat tentang nilai simbiosis besar pada jantung Lembaga Pertolongan di seluruh dunia: para wanita dari berbagai usia pada taraf kehidupan yang berbeda datang bersama-sama untuk saling mendukung dan menyokong di saat-saat membutuhkan. Itu juga pengingat bahwa Allah tidak meninggalkan mereka yang telah Dia panggil pada saat-saat membutuhkan mereka namun bahwa Dia sering menanggapi dengan merangkul mereka dalam pelukan orang lain yang juga telah Dia panggil.

Ungkapan terakhir Maria dikenal sebagai Nyanyian Pujian Maria dan merupakan manifestasinya akan sukacita dalam menanggapi pernyataan Elisabet. Dia mengungkapkan perasaannya tentang apa yang telah terjadi dalam kehidupannya dan mencerminkan pemahaman barunya tentang tempatnya dalam rencana Allah. Pertama dan yang terutama dia merasa perlu untuk meningkatkan, memuji, dan memuliakan Allahnya, yang kepada-Nya dia bersukacita sebagai Juruselamatnya (lihat Lukas 1:46–47). Dia melihat dalam pengalamannya belas kasihan Allah yang berkelanjutan, baik dalam kenyataan bahwa Dia memilih seseorang dari “kalangan rendah” seperti dia (lihat ayat 48–50) dan juga dalam kenyataan bahwa Dia telah memilihnya untuk memainkan bagian sentral dalam memenuhi perjanjian Abraham (lihat ayat 54–55).

“Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan [Elisabet], lalu pulang kembali ke rumahnya” (ayat 56). Maria kini lebih siap untuk memenuhi pemanggilan ilahinya.

Dalam Lengan Maria, oleh Simon Dewey

Para murid modern dihapus dari kisah tentang Maria baik oleh budaya maupun 2.000 tahun. Meskipun demikian, kisahnya adalah pengingat yang tak lekang waktu mengenai harga dari kemuridan. Allah mengharapkan para pengikut-Nya untuk menerima undangan yang Dia berikan kepada mereka. Presiden Russell M.Nelson mengingatkan kita bahwa “Allah telah senantiasa meminta anak-anak perjanjian-Nya untuk melakukan hal-hal yang sulit.”10 Maria tidak terkecuali, dan demikian pula kita. Tantangan kita adalah untuk memiliki iman untuk menyerahkan kehendak kita pada kehendak-Nya, untuk menerima panggilan-Nya dengan iman bahwa Roh-Nya akan meningkatkan kita dalam pelayanan-Nya. Bonnie H. Cordon, Presiden Umum Remaja Putri, juga mengingatkan kita bahwa “kita dapat melakukan hal-hal sulit,” dan kemudian menambahkan, “tetapi kita juga dapat melakukannya dengan penuh sukacita”11

Sebagai para murid modern, apa yang akan menjadi Nyanyian Pujian kita? Bagaimana kita akan mengungkapkan sukacita kita kepada Allah kita? Bagaimana kita akan mengungkapkan keagungan belas kasihan-Nya dalam kehidupan kita? Bagaimana kita akan menemukan cara-cara untuk merayakan bagian kita dalam memenuhi perjanjian Abraham di zaman kita? Ini mungkin hanyalah beberapa cara yang dapat kita pelajari dari kisah menakjubkan Maria tentang kemuridan.

Pertanyaan tahun berapa Yesus lahir, kerap ditanyakan. Pertanyaan itu bisa dijawab dari penelusuran beberapa fakta berikut ini.

TRIBUNJAMBI.COM - Tahun berapa Yesus lahir, dimana dilahirkan? Pertanyaan itu kerap muncul pada Desember seperti saat ini?

Pertanyaan tahun berapa Yesus lahir, bisa dijawab dari penelusuran beberapa fakta berikut ini.

Di situs www.katolisitas diterangkan mengenai tahun berapa Yesus lahir?

Situs itu menerangkan tahun kelahiran Yesus, sekaligus menjelaskan peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar itu.

Berikut ini adalah beberapa fakta tentang perhitungan tahun kelahiran Yesus.

1. Dionysius Exiguus (470-544)

Dionysius Exiguus merupakan seorang anggota Scythian monks, yang akhirnya tinggal di Roma sekitar tahun 500.

Dionysius adalah orang yang pertama kali memperkenalkan AD (Anno Domini / the year of the Lord) pada waktu dia membuat kalender Paskah (Easter).

Zumi Zola Bawa Sarung Tangan Saraf Terjepit, Insulin, Alat Sembahyang ke Lapas, Begini Kondisinya

Kumpulan ucapan Natal 2018 dalam bahasa inggris beserta artinya, Ada untuk Pasangan LDR

Ngerinya Neraka Latihan Kopassus di Cilacap, Ini yang Bikin Tahan Buru OPM di Hutan Papua

2 Pegawai BUMN Bobol Duit Negara Rp 186 Miliar, Ini Daftar Proyek Fiktif yang Dijadikan Modus

Sistem penanggalan ini menggantikan sistem penanggalan Diocletian, karena Dionysius tidak ingin menggunakan Diocletian, seorang yang menganiaya jemaat Kristen.

Dionysius mengatakan bahwa Anno Domini dimulai 754 tahun dari pondasi Roma (A.U.C) atau tahun 1 AD, yaitu tahun dimana Yesus lahir (dalam perhitungan Dionysius).

Namun berdasarkan perhitungan para ahli, terutama berdasarkan bukti sejarah dari Josephus, maka perhitungan ini dipandang tidak terlalu tepat.

Kitab Matius mengatakan “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem” (Mt 2:1).

Josephus, seorang ahli sejarah mengatakan bahwa Raja Herodes meninggal setelah berkuasa selama 34 tahun (de facto) dari meninggalnya Antigonus dan 37 tahun (de jure) sejak Roma mengeluarkan perintah yang menyatakan bahwa dia adalah raja (Josephus, Antiquities, 17,8, 1).

Antigonus meninggal pada saat Marcus Agrippa dan Caninius Gallus menjadi konsulat, yaitu pada tahun 37 BC. (Josephus, Antiquities, 14,16, 4).

Herodes menjadi raja pada saat Caius Domitias Calvinus dan Caius Asinius Pollio menjadi konsulat pada tahun 40 BC.

Oleh karena itu perhitungannya adalah:

Dihitung dari meninggalnya Antigonus: 37 BC – 34 = 3 BC

Dihitung dari Raja Herodes menjadi raja: 40 BC – 37 = 3 BC.

Oleh karena itu, raja Herodes dipercaya meninggal sekitar 3 BC – 5 BC, atau kemungkinan sekitar 4 BC.

Hal ini dikarenakan Josephus mengatakan bahwa pada saat tahun itu juga terjadi gerhana bulan (Josephus, Antiquities, 17,6, 4).

Dan gerhana bulan ini terjadi pada tahun 4 BC.

Tentang terjadinya gerhana bulan ini masih menjadi perdebatan.

3) Asumsi gerhana bulan

Kalau kita mengikuti asumsi gerhana bulan pada waktu itu adalah 4 BC, yang menjadi rujukan kapan Herodes meninggal, maka Kristus harus lahir sebelum tahun 4 BC.

Dan diperkirakan Yesus lahir beberapa tahun sebelum kematian raja Herodes.

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, sebagian ahli percaya bahwa kelahiran Yesus adalah sekitar tahun 7 BC – 6 BC.

Demikian sekelumit penjelasan untuk menjawab pertanyaan tahun berapa Yesus Lahir?

Kebiasaan Natal di Betlehem

Ini merupakan satu di antara kota tertua di dunia. Meskipun kecil, Kota Betlehem menduduki tempat khusus di kalangan umat Kristen.

Di kota Betlehem Yesus dilahirkan.

Ternyata, Natal dirayakan pada hari-hari yang berbeda di kalangan aliran utama agama-agama Kristen di sana.

Jauh sebelum menjadi tempat kelahiran Yesus, nama Betlehem (dalam bahasa Yahudi berarti Rumah Roti) sudah disebut dalam Kitab Perjanjian Lama.

Tragedi di Jalan Jakarta, 7 Orang Tewas Terpanggang setelah Rayakan Ulang Tahun Anak

Ramalan Gus Dur tentang Ahok jadi Presiden akan Terbukti? 6 Ramalan Lain Telah Terbukti

Dalam Kejadian 35: 16 - 19 diceritakan bahwa Rahel meninggal setelah melahirkan anaknya (Benyamin) ketika sedang menuju ke Efrata.

Di sisi jalan menuju Efrata itulah Rahel dikuburkan. Suaminya, Yakub, mendirikan tugu di atas makam istrinya.

Makam Rahel ini merupakan tempat sakral bagi orang Yahudi. Juga bagi orang Muslim dan Kristen. Bentuknya sederhana, dengan dominasi warna putih.

Di makam yang dibangun oleh Sir Moses Montefiore tahun 1860 inilah, orang mendaraskan doa memohon kesuburan dan bisa melahirkan dengah aman.

Sempat dikuasai sejumlah kerajaan

Betlehem adalah, kota kecil yang terletak di atas bukit batu dengan ketinggian sekitar 800 m di atas permukaan laut. Letaknya tidak jauh dari Yerusalem, arah timur menuju ke Hebron.

Selain perpaduan dua budaya Barat dan Timur, lokasi Betlehem sendiri juga mempesona di pinggir Bukit Yudea yang subur dan Gurun Yudea yang tandus sebagai latar belakang.

Maka, di samping menyajikan lokasi peziarahan, alam Betlehem pun menarik wisatawan untuk berkunjung: Biara Mar Saba di gurun yang elok; Herodion, kompleks istana Herodes yang memikat dengan bentuk seperti gunung berapi; kebun anggur dan pohon zaitun di Cremisan yang bertingkat rapi dan bersih; maupun kampung Beit Jalla yang atraktif.

Dalam sejarahnya yang panjang, Betlehem dikuasai oleh beberapa kerajaan: Romawi, Bisantium, Arab, Crusader, Mameluk, Turki; Inggris, Yordania, sebelum akhirnya jatuh ke tangan Israel.

Meskipun di bawah hukum bukan Kristen, Betlehem tetaplah menjadi pusat peziarahan komunitas Kristen.

Saat ini, selain didominasi gereja, langitnya juga dihuni oleh masjid yang jumlahnya semakin bertambah.

Betlehem akhirnya berkembang menjadi kota sibuk yang dihuni oleh Muslim Arab dan Kristen. Banyak pula Kristen Arab yang berprofesi sebagai pemahat dan tukang kayu.

Mereka masih menggunakan bahasa Arab, seperti ucapan assalamualaikum. Bahkan ada seorang wartawan yang sempat merekam ketika mereka melakukan sembahyang di gereja.

Ketika diputar kembali, yang mendengar mengira orang itu bersembahyang di masjid.

Meski begitu, seperti halnya Nazareth, Betlehem adalah pusat gerakan misi Kristen dengan adanya biara, sekolah, rumah sakit, maupun rumah yatim piatu.

Pusat penyembah berhala

Untuk menandai tempat kelahiran Yesus, Betlehem membangun Gereja Kelahiran Kristus.

Dibangun di atas gua di mana Yesus dilahirkan, gereja ini pernah hancur akibat ulah manusia. Pada abad VII, misalnya, gereja ini dirusak oleh bangsa Persia.

Lucunya mereka berhenti merusak gara-gara mosaik yang ada di situ. Dalam mosaik itu tiga orang Majus yang mencari Yesus digambarkan berpakaian ala Persia.

Gereja yang berbentuk basilika bergaya Romawi ini dibangun tahun 326 oleh Kaisar Konstantin.

Meskipun menjadi tempat kelahiran Yesus, namun dua abad setelah kematian Yesus Betlehern malah menjadi pusat penyembah berhala.

Tak aneh kalau pintu masuk gereja dibuat kecil. Ini memang disengaja untuk menghindari masuknya para penyembah berhala yang biasa masuk bersama binatang peliharaan mereka untuk merampok gereja.

Pada masa perang salib, pintu ini dibuat lebih pendek. Maksudnya agar pasukan musuh yang mengendarai kuda tidak bisa masuk ke gereja.

Lokasi gereja didasarkan pada informasi dari penduduk setempat bahwa di pinggiran desa ada gua di antara pepohonan.

Pepohonan itu lalu ditebang dan bebatuan yang tidak berguna dibuang.

Tahun 529 Kaisar Justinian merestorasi bangunan berbentuk salib ini. Semuanya memerlukan korban, termasuk gempa yang menimpa tahun 1834 dan kebakaran yang merusak perabotan pada 1869.

Banyak aliran agama Kristen di Betlehem yang berkepentingan dengan gereja ini.

Permasalahan semakin mencuat ketika tahun 1855 Sultan Turki yang berkuasa waktu itu menyerahkan wewenang gereja ke komunitas Ortodoks Yunani sampai sekarang.

Sementara Gereja St. Chaterin yang berada di sampingnya milik umat Katolik. Anehnya, dari sinilah perayaan Natal dikumandangkan melalui televisi.

Sekarang hanya ada tiga aliran utama agama Kristen yang diakui berbagi bagian di gereja ini, namun merayakan Natal pada hari yang berbeda.

Katolik (bersama dengan Melkite, Maronite, dan Gereja Katolik Siria) merayakan pesta Natal tanggal 24 Desember.

Untuk Kristen Ortodoks Yunani dan Siria Timur hari Natal jatuh pada tanggal 6 Januari.

Yang terakhir adalah Ortodoks Armenia yang menyelenggarakan pesta Natal pada tanggal 18 Januari!

Pada tempat, di mana Yesus dilahirkan dipasang bintang perak. Bintang yang menjadi petunjuk tiga orang Majus itu diperbarui tahun 1717, dengan tulisan, "Hic de Virgine Maria a Jesus Christus natus est, 1717".

Rangkaian dari Gereja Kelahiran Kristus adalah The Milk Grotto Church, yang terletak di Jalan Milk Grotto. Menurut legenda, perawan Maria tinggal di gua ini bersama bayinya dalam perjalanannya ke Mesir.

Selama menyusui bayinya, beberapa tetes susunya jatuh dan membuat batu yang terkena berubah warna menjadi putih.

Sekarang bebatuan itu dikorek untuk dijual ke peziarah dan dipercaya bisa memperlancar ASI.

Selain itu, banyak- wanita yang datang ke sini dan berdoa. Mereka juga percaya bahwa batu putih itu bisa membantu memperbaiki ASI mereka.

Seperti sudah disebut, bangunan yang menarik dikunjungi adalah Biara Mar Saba. Biara yang tertutup untuk wanita ini terletak di Padang Gurun Yudea.

Namun bagi wanita yang ingin melihat biara ini disediakan menara khusus, namanya Tower of Women.

Biara Mar Saba didirikan oleh St. Saba tahun 482. Masa emas biara ini terjadi pada abad VIII dan IX. Biara ini juga terimbas oleh gempa tahun 1834.

Jenazah St. Saba diperlihatkan di gereja utama. Dulu sempat dipindah di zaman perang salib tapi dikembalikan oleh Paus Paulus VI.

Banyak tulang belulang biarawan yang menjadi korban dalam penyerbuan besar-besaran oleh tentara Persia bisa dilihat di sini.

Decak kagum akan keluar jika melihat Herodion, yang dibangun oleh Raja Herodes antara tahun 24 dan 15 SM. Letaknya yang di atas puncak gunung membuat tempat itu seperti kawah.

Untuk naik, sekarang sudah ada tangga yang terbuat dari marmer putih. Tidak jelas apakah Raja Herodes dimakamkan di sini seperti permintaannya.

Sebagai- tempat ziarah, Betlehem memang menarik wisatawan dari luar Betlehem. Banyak warga Indonesia yang berziarah ke sini.

Maka jangan kaget jika ada kosa kata bahasa Indonesia terlontar dari mulut penjaja cinderamata bahwa mereka tahu kita berbicara bahasa Indonesia.

Contohnya, kata ikan yang mereka pakai untuk menjual bandul kalung berbentuk ikan. Dulu ikan sempat menjadi lambang Kristus. (Disarikan dari berbagai sumber)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Ini Kekuatan Rahasia Kopassus yang Bikin KKB Khawatir, Bila Pasukan Elite Dikirim, Sekejap Hancur

Siapakah Danny Nugroho? Anak Muda yang Masuk Daftar Orang Terkaya di Indonesia 2018

Daftar Orang Terkaya di Indonesia 2018, Ada Empat Pendatang Baru Berharta Triliunan

Apa kata Alkitab mengenai bunda Maria?

Hamba Allah yang Rendah Hati

Profil Maria Ibu Yesus

Maria adalah seorang gadis muda, mungkin baru berusia sekitar 12 atau 13 tahun ketika malaikat Gabriel datang kepadanya. Dia baru saja bertunangan dengan seorang tukang kayu bernama Yusuf. Maria adalah seorang gadis Yahudi biasa, sedang menunggu untuk menikah. Tiba-tiba hidupnya akan selamanya berubah.

Lukisan profil Maria dan bayi Yesus

Maria takut dan gemetar di hadapan malaikat. Ia tidak pernah menyangka akan mendengar berita yang paling luar biasa -- bahwa ia akan memiliki anak, dan anaknya akan menjadi Mesias. Meskipun ia tidak bisa memahami bagaimana caranya akan mengandung Juru Selamat, tetapi ia menjawab kepada Allah dengan keyakinan dan ketaatan.

Meskipun panggilan Maria tersebut menyimpan kehormatan yang besar, itu akan menuntut penderitaan yang besar juga. Sama seperti ada rasa sakit saat melahirkan dan ketika menjadi ibu, akan ada banyak rasa sakit dalam hak istimewa ketika menjadi ibu dari Mesias.

Maria adalah ibu dari Mesias, Yesus Kristus, Juru Selamat dunia. Ia adalah seorang hamba yang taat. Dia memercayai Allah, dan ia mematuhi panggilan-Nya.

Maria Ibu yang Menjadi Kekuatan Yesus

Malaikat itu mengatakan kepada Maria dalam Lukas 1:28, AYT bahwa dia disertai oleh Allah. Frasa ini secara sederhana berarti bahwa Maria telah diberi banyak anugerah atau "kemurahan yang tidak layak diterima" dari Allah. Bahkan, dengan kemurahan Allah, Maria masih akan banyak menderita. Meskipun pada suatu hari nanti ia akan sangat dihormati sebagai ibu dari Juru Selamat, dialah yang pertama kali akan mengetahui aib sebagai ibu yang tidak menikah. Ia hampir akan kehilangan tunangannya. Putra terkasihnya akan ditolak dan dibunuh dengan kejam. Ketaatan Maria akan rencana Allah akan sangat merugikannya, tetapi ia bersedia menjadi hamba Allah.

Allah mengetahui bahwa Maria adalah seorang wanita yang memiliki kekuatan dan ketaatan yang luar biasa. Ia adalah satu-satunya manusia yang menyertai Yesus di sepanjang hidupnya -- mulai dari kelahiran sampai kematian-Nya. Ia melahirkan-Nya sebagai bayinya dan menyaksikan Dia mati sebagai Juru selamat-Nya. Maria juga mengetahui memahami Kitab Suci. Ketika malaikat itu muncul dan mengatakan Bayi itu akan menjadi Anak Allah, Maria menjawab, "Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku seperti yang engkau katakan itu" (Lukas 1:38, AYT). Dia mengetahui nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama tentang Mesias yang akan datang.

Kelemahan-Kelemahan Maria

Maria masih muda, miskin, dan seorang perempuan. Sifat-sifat ini membuatnya tidak cocok di mata bangsanya untuk dipakai dengan penuh kuasa oleh Allah. Namun, Allah memandang kepercayaan dan ketaatan Maria. Dia tahu bahwa Maria akan rela melayani Allah pada salah satu panggilan yang paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Sama seperti Maria, Allah melihat ketaatan dan kepercayaan kita -- biasanya bukan pada kecakapan-kecakapan yang secara umum dianggap penting oleh manusia. Allah akan sering memilih dan menggunakan pilihan yang paling tidak mungkin.

Pelajaran-Pelajaran Hidup

Maria pasti tahu bahwa penyerahan dirinya bagi rencana Allah akan merugikannya. Selain itu, ia tahu bahwa ia akan dipermalukan dicela sebagai ibu yang tidak menikah. Ia pasti berpikir bahwa Yusuf akan menceraikannya, atau lebih buruk lagi, ia bahkan mungkin akan dihukum mati dengan dirajam. Maria tidak mungkin tidak menyadari sepenuhnya akan penderitaan pada masa depan. Ia mungkin tidak pernah membayangkan rasa sakit saat menyaksikan anak terkasih-Nya menanggung beban dosa dan mati dalam kematian yang mengerikan di kayu salib. Namun, ia tetap menyerahkan dirinya bagi rencana Allah. Dapatkah kita bersedia untuk menerima rencana Allah? Bisakah kita melangkah maju dan bersukacita dalam rencana Allah, seperti yang dilakukan Maria, ketika kita tahu bahwa itu akan sangat merugikan kita?

Lukisan profil Maria dan kesengsaraan Yesus

Referensi-referensi tentang Maria dalam Alkitab:

Maria, ibu Yesus disebutkan di seluruh Injil dan Kisah Para Rasul 1:14.

Istri, ibu, ibu rumah tangga.

Suami -- YusufKerabat -- Zakharia, ElizabethAnak-anak -- Yesus, Yakobus, Yoses, Yudas, Simon, dan beberapa anak perempuan

Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia."

Lukas 1:46-55, AYT (Pujian Maria)

Lalu, berkatalah Maria,"Jiwaku memuliakan Allah,dan Rohku bersukacita di dalam Allah, Juru Selamatku.Sebab, Allah telah memperhitungkanhamba-Nya yang hina ini.Dengarlah, mulai sekarang dan seterusnya, seluruh generasi akan menyebutku berbahagia.Karena Ia Yang Mahakuasa telah melakukan hal-hal yang besar kepadaku,dan kuduslah nama-Nya.Rahmat-Nya diberikan dari generasi ke generasi,kepada orang-orang yang takut akan Dia.(t/N. Risanti)

Tidak terasa saat ini kita sudah memasuki bulan Oktober 2014 yang merupakan bulan Maria. Kita semua giat berdoa Rosario baik di lingkungan maupun di komunitas rohani lainnya. Lantas apa dan bagaimana keteladanan Bunda Maria ? Hal ini merupakan tema dalam pertemuan Persekutuan Doa Pembaharuan Karismatik Katolik ( PDPKK ).

Pertemuan PD PKK St. Albertus Agung pada hari Senin tanggal 6 September 2014 ini di Aula Gereja dengan pembicara Bapak Haryanto dari Shekinah membahas tentang keteladan Bunda Maria. Sekitar 50 peserta PD PKK ini menyimak dengan serius apa yang dijelaskan oleh pembicara tentang keteladanan Bunda Maria ini.

Keteladan Bunda Maria sungguh banyak sekali namun antara lain adalah sebagai berikut :

Dalam kesempatan ini Bapak Haryanto berkenan mendoakan secara khusus kepada para peserta yang terbeban dengan segala persolan di dalam kehidupan ini. Beberapa peserta satu persatu maju dan didoakan secara khusus. Sebuah kesempatan yang sangat bagus.

Persekutuan Doa ini diselengggarakan rutin setiap Senin jam 19.30 WIB di Aula Gereja St. Albertus Agung dan terbuka buat umat yang rindu untuk mendengarkan firman dan menyembah Tuhan. Bagi kaum muda tersedia PD OMPKK Lumen Dei yang diselenggara ditempat dan waktu yang sama setiap Hari Jumat kecuali Jumat pertama. Sedangkan untuk anak – anak tersedia PD Kids Nicolaus yang diselenggarakan setiap hari Rabu sore jam 18.30 WIB di Tisano Studio Harapan Indah BB No. 10 Kota Harapan Indah.

Di Stasi Harapan Indah ada beberapa kelompok kategorial dan PD PKK ini hanya salah satu bagian dari kelompok kategorial di Stasi Harapan Indah. Salah satu perintah Tuhan kepada kita adalah berkomunitas. Mari kita berkomunitas dan silahkan bebas memilih dari beberapa komunitas yang ada di Gereja kita.

Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.

Maria Menyimpan Semua Hal Ini, oleh Howard Lyon

Maria, ibu Yesus, adalah salah seorang dari sejumlah perempuan yang disebut dalam tulisan suci dan hanya satu-satunya yang kehidupan dan pelayanannya dinubuatkan berabad-abad sebelum kelahirannya (lihat 1 Nefi 11:15, 18; Mosia 3:8; Alma 7:10).1 Para penulis Perjanjian Baru, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes menyediakan hanya sekilas akan kehidupan dan pelayanannya karena fokus mereka sepantasnya terkonsentrasi pada Juruselamat. Tetapi gereja Kristen masa awal memberi Maria gelar theotokos, “yang mengandung atau ibu Allah”2 sebagai pengingat akan bagian penting yang juga dia mainkan dalam rencana Bapa.

Penatua Bruce R. McConkie (1915–1985) dari Kuorum Dua Belas Rasul telah menulis: “Dapatkah kita membicarakan terlalu tinggi tentang dia yang kepadanya Tuhan telah memberkati melebihi semua wanita? Hanya ada satu Kristus, dan hanya ada satu Maria. Masing-masing adalah agung dan mulia dalam [keberadaan prafana], dan masing-masing dipratahbiskan pada pelayanan yang dia lakukan. Kita tidak dapat kecuali berpikir bahwa Bapa akan memilih roh perempuan terhebat untuk menjadi ibu Putra-Nya, bahkan seperti Dia memilih roh laki-laki seperti Dia untuk menjadi Juruselamat .… Kita hendaknya … menghormati Maria dengan rasa hormat yang sepatutnya bagi dia.”3

Laporan Lukas tentang kisah Pemberitahuan kepada Maria (lihat Lukas 1:26–56) memberi kita gambaran untuk lebih baik mengapresiasi perempuan muda yang luar biasa ini. Melalui interaksinya dengan Gabriel dan Elisabet, kita melihat seorang perempuan muda yang berusaha untuk mengerti dan memahami pemanggilan uniknya dari Allah. Keagungan dari pemanggilan itu pastilah sedemikian membebani bagi seseorang yang begitu muda, namun dia sudah siap menyerahkan kehendaknya pada kehendak Bapa. Kisahnya mengingatkan kita bahwa Allah peduli terhadap semua anak-Nya dan bahwa Dia memanggil para pria dan wanita biasa untuk berperan serta dalam cara-cara yang luar biasa untuk membantu membangun kerajaan-Nya. Dia menjadi murid pertama Yesus, dan karenanya dia menjadi panutan bagi semua yang memilih untuk mengikuti-Nya.

Sayangnya, Perjanjian Baru tidak menceritakan apa pun mengenai orangtua Maria, kelahirannya, atau apa pun mengenai kehidupannya di Nazaret. Lukas menggambarkan Nazaret sebagai sebuah polis, yang dapat diterjemahkan sebagai sebuah kota besar atau kota kecil, namun tampaknya bukan sebagai sebuah tempat yang signifikan. Di luar Perjanjian Baru, Nazaret tidak disebutkan dalam teks apa pun sampai akhir abad kedua Masehi.

Kita tahu bahwa Nazaret terletak di sebuah bukit di Galilea yang lebih rendah yang menghadap ke Lembah Yizreel yang subur, 65 mil (105 km) di utara Yerusalem. Arkeologi menunjukkan bahwa Nazaret di abad pertama lebih seperti desa daripada kota besar atau bahkan kota kecil, dengan perkiraan penduduk sekitar 400–500.4 Dengan sedikit pengecualian, sebagian besar penduduk di seluruh Galilea berjuang untuk bertahan hidup sebagai buruh pencari nafkah, memelihara ternak, memancing, dan menggarap tanah hanya untuk menyediakan makanan di atas meja bagi keluarga mereka dan membayar pajak mereka. Desa itu tidak memiliki benteng; tidak ada bukti bahwa kota itu memiliki jalan beraspal atau arsitektur monumental, atau bahwa kota itu menggunakan barang-barang mewah seperti marmer, mosaik, atau lukisan dinding di gedung-gedung, atau bahwa rumah tangga berisi barang-barang impor yang bagus.5 Dua rumah abad pertama yang telah digali ternyata adalah tempat tinggal sederhana dengan dua kamar, atap jerami, dan halaman kecil.6 Praktik pemakaman dan beberapa pecahan bejana batu kapur mengindikasikan bahwa penduduknya adalah orang Yahudi alih-alih orang bukan Israel.

Sementara tidak satu pun dari penemuan-penemuan ini dapat dikaitkan langsung dengan Maria atau keluarganya, hal itu memberi kita gambaran tentang bagaimana kehidupannya di Nazaret: seorang gadis petani yang tinggal di pedesaan, jauh dari pusat keagamaan Yerusalem dengan bait sucinya, aristokrat kependetaan, serta kekayaan. Bahkan sebagai gadis muda, dia harus bekerja mendampingi ibunya dan para perempuan lainnya di desa, menenun kain, memasak, mengumpulkan kayu bakar, mengambil air dari sumur rumah tangga atau sumur desa, dan bekerja di ladang—itu semua untuk menolong keluarganya bertahan dari hari ke hari.

Kisah Maria dalam kitab Lukas diawali dengan penampakan malaikat Gabriel, malaikat yang sama yang sebelumnya telah menampakkan diri kepada Zakharia di bait suci (lihat Lukas 1:11, 19, 26). Ketika Gabriel menampakkan diri, Maria adalah seorang gadis muda yang bertunangan untuk menikah dengan Yusuf (lihat Lukas 1:27). Meskipun kita tidak tahu berapa usia Maria waktu itu, di zaman kuno adalah mungkin melakukan perjanjian nikah untuk dapat diatur bahkan sebelum pubertas. Penampakan Gabriel dan pernyataan bahwa Maria adalah “sangat berkenan” sehingga “Tuhan menyertai [engkau, Maria],” bahwa dia “diberkati di antara semua perempuan,” dan bahwa, menurut Terjemahan Joseph Smith terhadap Lukas 1:28, dia telah “dipilih” (lihat juga Alma 7:10) pastilah menimbulkan reaksi campur aduk antara kebingungan dan bahkan ketakutan dalam diri Maria. Kita hanya dapat membayangkan apa yang mungkin bergolak dalam benaknya pada saat itu, tetapi itu dapat menyertakan pertanyaan seperti, “Mengapa Tuhan menganggap saya sebagai ‘diberkati di antara semua perempuan’?” “Mengapa saya ‘berkenan bagi Allah’ dan apa artinya itu?” “Mengapa Allah mengutus Gabriel kepada saya dan bukan kepada gadis muda lain mana pun di Nazaret, atau di Yerusalem?” Ya, dia berasal dari bani Daud (lihat Lukas 1:32; Roma 1:3), namun itu artinya sedikit di bawah pendudukan Romawi. Bagaimanapun, dia hanyalah perempuan muda dari keluarga petani, yang tinggal di sebuah desa yang tidak signifikan. Sebagaimana Natanael kemudian menanyakan, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yohanes 1:46).

Gabriel tidak menjawab pertanyaan apa pun yang mungkin memenuhi benak dan hati Maria. Alih-alih dia melanjutkan dengan pesannya: dia akan mengandung seorang bayi, namun bukan bayi biasa. Anaknya akan disebut “Anak Allah Yang Mahatinggi” dan akan menerima “takhta Daud” (lihat Lukas 1:32–33). Dengan kata lain, Gabriel memberi tahu Maria bahwa putranya akan menjadi Anak Allah dan Mesias yang dijanjikan. Jika Maria menjadi bingung dan takut sebelum pemberitahuan ini, kita hanya dapat membayangkan emosinya yang meningkat sesudahnya.

Mari kita pikirkan satu asas yang bagian dari kisah Maria ini ajarkan mengenai kemuridan. Rencana Allah bagi Maria bukanlah sesuatu yang dia minta! Gabriel telah menampakkan diri kepada Zakharia karena dia dan Elisabet telah berdoa memohon seorang anak mukjizat, namun dia menemui Maria dalam keadaan yang sangat berbeda: tidak untuk memenuhi suatu permintaan, melainkan untuk memberitahukan kehendak Allah baginya. Dengan pernikahan yang akan datang, Maria mungkin berpikir tentang kemungkinan memiliki anak di masa datang. Tetapi meskipun ada gelombang harapan mesianis dalam Yudaisme pada abad pertama, akankah Maria mengira bahwa dia, seorang perempuan muda petani dari Nazaret, akan menjadi ibu dari Mesias? Mungkin tidak. Intinya adalah bahwa panggilan kemuridan sering kali memerlukan perubahan pada rencana-rencana kehidupan pribadi kita.

Lukas berfokus pada catatannya mengenai maklumat dari Gabriel dan kemudian Elisabet. Namun ada tiga kesempatan ketika Maria mengartikulasikan pikiran dan perasaannya.

Malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Maria dengan pesan menakjubkan bahwa dia “diberkati di antara semua perempuan” dan bahwa dia akan mengandung Putra Allah.

Pemberitahuan tentang Maria, oleh Joseph Brickey

Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.